
Berulangkali kita mengingatkan agar ada langkah khusus yang diambil untuk menghentikan perkelahian pelajar yang menakutkan itu. Namun tidak pernah ada tindakan yang sungguh-sungguh untuk memberikan pemahaman yang benar kepada para pelajar itu.
Meski media massa menayangkan secara terus menerus perkelahian para pelajar itu, sepertinya semuanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Bahkan kita khawatir hal itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak terlalu serius.
Kita semua baru menyesal ketika kemarin jatuh korban tewas. Seorang pelajar SMAN 6 Jakarta meninggal ketika secara tiba-tiba diserang pelajar SMAN 70. Alawy Yusianto Putra mengembuskan napas terakhir akibat sabetan pedang di bagian dada.
Tidak terkecuali Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh kemudian turun tangan menangani persoalan. Menteri baru memikirkan langkah untuk menghentikan perkelahian antarpelajar yang begitu sering terjadi di banyak tempat.
Jatuhnya korban tewas akibat perkelahian pelajar seharusnya membukakan mata kita untuk mencari cara pemecahan yang paling efektif. Penghentian perkelahian antarpelajar harus segera dilakukan agar tidak sampai kembali jatuh korban.
Kematian Alawy harus menjadi yang terakhir. Jangan biarkan lagi ada anak yang mati secara sia-sia. Kehilangan Alawy merupakan sebuah kerugian yang luar biasa, karena ia dikenal sebagai anak yang baik dan juga cerdas di sekolah.
Alawy bukan tipe pelajar yang biasa berkelahi. Kemarin sesudah menyelesaikan ujian tengah semester, ia berniat bermain futsal. Tiba-tiba segerombolan anak SMAN 70 datang dengan membawa senjata tajam dan langsung menyerang Alawy.
Perkelahian antara anak-anak SMAN 6 dan SMAN 70 sudah sering terjadi. Namun kemarin tindakan yang dilakukan para pelajar sudah melewati batas. Mereka sudah tidak mengindahkan batas-batas kepantasan dan perbuatan yang mereka lakukan benar-benar kriminal.
Tindakan hukum memang tidak bisa tidak harus dilakukan. Bagaimana pun telah ada nyawa yang hilang akibat perbuatan mereka. Kenakalan mereka tidak bisa lagi ditolerir dan harus ada tindakan yang membuat jera para pelaku pembunuhan.
Selanjutnya harus dicarikan jalan untuk menyelesaikan perkelahian antarpelajar. Ahli-ahli ilmu sosial harus melakukan kajian yang mendalam untuk mengetahui akar persoalan yang sebenarnya kita hadapi. Apalagi ketika perkelahian pelajar boleh dikatakan terjadi di seluruh Indonesia.
Kita harus berani mengevaluasi sistem pendidikan yang ada sekarang ini. Apakah ada hal yang keliru, sehingga kita gagal untuk menyalurkan agresivitas yang ada pada para pelajar ke arah yang positif? Kalau perlu ada pembenahan, maka persoalan mendasarkan itu harus kita lakukan.
Kita harus melihat bagaimana anak-anak di Singapura atau Brunei Darussalam bisa jauh dari perbuatan yang destruktif. Anak-anak bisa menimba ilmu dengan tenang dan para orangtua pun tidak perlu was-was akan keselamatan anak mereka.
Kalau tekanan sosial yang ada di tengah masyarakat menjadi penyebab, kita harus bisa mengetahui tekanan seperti apa yang membuat perilaku para pelajar itu bisa begitu liar. Kalau terbatasnya ruang publik untuk penyaluran agresivitas itu menjadi penyebab, maka kita harus memperbaiki infrastruktur yang ada di sekolah-sekolah.
Pada intinya kita tidak ingin penyelesaian kasus meninggalnya Alawy ini hanya dengan rapat. Harus ada tindakan nyata yang bisa menjamin tidak akan ada lagi perkelahian antarpelajar, apalagi sampai ada pelajar yang tewas karena perkelahian.
Kita harus bisa seperti bangsa-bangsa lain yang membangun peradaban. Untuk itu para pelajar harus berangkat ke sekolah dengan membawa buku dan alat tulis, bukan membawa senjata tajam yang mematikan teman mereka sendiri.
0 komentar:
Post a Comment