Dunia

November 09, 2012

Gus Dur Multi-talent


By on Friday, November 09, 2012

Buku sejarah yang menceritakan perjalanan hidup Gusdur atau sejarah
Gusdur juga cukup mudah ditemui di toko-toko buku. Ketika membaca buku
tersebut, kemungkinan untuk ikut terhanyut di dalam kisah perjalanan
hidup Gusdur cukup besar. Gusdur menyimpan banyak cerita menarik yang
bisa membuat Anda tersenyum bahkan bisa jadi sedikit berkaca-kaca.

Dari sosoknya yang tidak sempurna secara fisik, Gusdur memiliki segudang
pemahaman tentang hidup. Bahwa menganggap hidup tidak sebagai sesuatu
hal yang "merepotkan". Kata-kata Gusdur yang cukup terkenal akan hal ini
adalah "gitu aja kok repot". Kata-kata dari Gusdur ini juga pasti
terangkum dalam sejarah Gusdur.

Latar Belakang Keluarga

Sejarah Gusdur dimulai semenjak kelahiran tokoh ini. Gusdur terlahir
pada 4 Agustus 1940 di Jombang-Jawa Timur, dengan nama Abdurrahman
“Addakhil” yang artinya “Sang Penakluk”. Nama yang ternyata menjadi
kenyataan di kemudian harinya. Gusdur memiliki “trah biru”  di kalangan
nahdiyin. Ayahnya K.H. Wahid Hasyim adalah mantan Menteri Agama pertama.

Kakek dari ayahnyanya adalah K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iyah
Nahdlatul Ulama (NU sekaligus pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.
Sedangkan kakek dari ibunya adalah  K.H. Bisri Syamsuri ulama terpandang
di kalangan NU yang juga pernah menjadi Rais ‘Aam PBNU. Sejarah Gusdur
memiliki cerita yang cukup panjang semenjak dari pendahulunya.

Tak mengherankan bila Gusdur kecil sudah seringkali mendengarkan
pembicaraan bertopik politik-keagamaan di rumahnya yang selalu ramai
didatangi para tokoh dari berbagai bidang profesi. *Sejarah Gusdur*
sejak kecil memang sudah dipenuhi dengan “ilmu-ilmu pengetahuan”.

Dari pembicaraan tersebut, Gus Dur kecil dapat menyerap berbagai
permasalahan yang menyangkut urusan umat, bangsa, dan negara. Hal ini
terekam dan terinternalisasi dalam dirinya hingga dewasa.  Takheran jika
sejarah Gusdur sekaligus berisi tentang berbagai cerita menarik dari
para tokoh besar.

Persinggungan Kultural

Sejarah Gusdur dewasa dimulai. Gusdur pernah mondok di Pesantren
Tegarejo Magelang Jawa Tengah di bawah asuhan K.H. Chudhari. Kyai
Chudhari inilah yang memperkenalkan Gusdur dengan dunia sufi lengkap
dengan ritual mistiknya, seperti ziarah ke kuburan-kuburan keramat para
wali.

K.H. Chudhari juga memperkenalkan hiburan-hiburan yang tak umum
diajarkan di dunia pesantren seperti gamelan, tarian tradisional, kuda
lumping, jathilan, dan sebagainya.

Selesai mondok di pesantren, Gusdur melanjutkan kuliah di Universitas
al-Azhar, Mesir kemudian di Universitas Bagdad di Irak. Mesir dan Irak
pada saat itu adalah Negara Arab yang keras, otoriter, dan
ultranasonalis. Paham pemikiran Pan Arabisme dan Nasionalis Arabnya
Partai Baath di Irak juga tak luput dari kajian pemikiran Gusdur.
Rangkaian sejarah Gusdur dalam menuntut ilmu menjadi cerita yang cukup
menarik.

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur melanjutkan studinya ke McGill
University di Kanada dengan mengambil jurusan kajian Islam. Gus Dur yang
berlatar belakang pesantren saat itu justru belajar Islam dari para
orientalis Barat yang sekuler. Sejak saat itu, warna pemikiran Barat
yang sekuler, rasional, dan humanis ikut pula membentuk pemikiran Gus
Dur. Sejarah Gusdur tentang pendidikannya yang hingga ke luar negeri
mewarnai perjalanan Gusdur sebagai seorang yang berpengaruh di Indonesia.

Keempat alasan tersebut membentuk pandangan, cara berpikir dan masuk
dalam pribadi Gusdur tanpa ada yang dominan. Inilah sebabnya mengapa
Gusdur seperti “nyleneh”, sulit dipahami, dan dinamis. Kebebasannya
dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang dimilikinya telah
menembus batas pemikiran banyak orang yang tidak memahaminya.

Sejarah Gusdur memberikan inspirasi tersendiri bagi para pencintanya.
Mengetahui cerita sejarah Gusdur baik secara langsung ataupun melalui
berbagai media pasti akan semakin menambah kecintaan mereka terhadap
sosok lucu ini.

Sejarah Gusdur dan nilai-nilai kehidupan yang tersirat diajarkannya
memberikan motivasi serta perenungan, bahwa hasil yang baik memerlukan
perjuangan yang tidak sedikit. Bahwa menuntut ilmu dan menjadikan otak
kita seperti spons yang menyerap ilmu layaknya air adalah bukan suatu
kerugian. Dari sejarah Gusdur kita pun belajar banyak hal.

dari berbagai sumber



niema el clasico

Terimakasih Saya hanya menyampaikan apa yang saya tahu apabila ada artikel yang salah atau kurang mohon di maafkan Saran dan kritik yang membangun kami persilahkan di kotak komentar Bagi temen yang mau tukeran link silahkan copy teks di bawah ini dan taruh di blog sobat

0 komentar:

Post a Comment